selamat datang kawanku

Jumat, 16 Mei 2008

Trik Memotret Senja

Suasana senja sering dinanti-nantikan banyak orang, khususnya mereka yang sedang berlibur di pinggir pantai. Hal ini disebabkan suasana senja hampir selalu identik dengan tenggelamnya sang surya yang sangat indah dengan langit-langitnya yang memerah tampak syahdu dan suasananya romantis.


Pemandangan seperti itulah yang menjadikan suatu suasana pinggir pantai menyenangkan dan romantis dinikmati pasangan-pasangan manusia. Sehingga sering pula kita saksikan seseorang melakukan potret-memotret dan menyempatkan diri untuk merekam atau mengabadikan tenggelamnya sang surya dengan kamera.


Masalahnya kemudian jika kita berbicara mengenai potret-memotret senja di pinggir pantai, serasa tak mudah membuat foto yang menarik dan menawan suasana senja seperti yang tergambar dalam penglihatan. Pertama-tama, diperlukan wawasan bagi seorang pemotret.

Wawasan yang cukup mengenai suasananya dan sigap untuk bertindak, karena memotret suasana senja seperti tenggelamnya sang surya, waktunya amat singkat. Sehingga kalau tidak memiliki wawasan yang cukup serta kesigapan, kita hanya akan mendapatkan suasana senja di pantai yang datar saja.


Seperti kita ketahui, sesungguhnya untuk menghasilkan sebuah foto senja di pantai yang menarik bisa terdiri dari beberapa unsur yang dominan, yang dapat memperindah foto.

Misalnya yang utama matahari dengan cahaya kemerahannya. Namun demikian sesungguhnya kita tidak selalu harus memasukkan unsur matahari kemerahan dalam foto, melainkan cukup suasana kemerahannya saja.


Selain itu suasana senja itu juga tidak hanya menarik dan menawan di pinggir pantai dengan tenggelamnya matahari saja. Melainkan juga bisa suasana senja di perkotaan yang menampilkan gedung-gedung tinggi (tanpa harus melibatkan matahari), atau suatu sudut rumah dengan pepohonannya.



Persiapan

Secara umum untuk dapat menghasilkan foto-foto yang baik dan menarik pada suasana senja diperlukan persiapan. Hal ini bisa dimulai dari melakukan rancangan terlebih dahulu pada kesempatan mana akan dilakukan pemotretan. Artinya, seorang pemotret sebelum memotret memang perlu melakukan suatu pengamatan atau survai untuk memperoleh kesan menyeluruh yang indah dan alami tentang apa yang akan difotonya. Bahkan sampai pada persiapan masalah perlengkapan seperti filter yang dianggap sebagai penunjang untuk membantu memunculkan suasana indah dan dramatis.


Pedoman umum yang sering dilakukan oleh para pemotret pada saat memotret suasana senja adalah memotret secara menyeluruh, menangkap seluas-luasnya pandangan yang dapat tercakup dengan lensa sudut lebar. Memang pemotretan bisa juga dilakukan dengan menggunakan lensa normal ataupun lensa tele, sehingga tampak sebagian saja dari panorama (medium shot), namun secara umum lensa sudut lebar lebih banyak dipakai pemotret.


Secara umum persiapan itu sendiri bisa dimulai dengan menyiapkan kameranya terlebih dahulu sebagai perlengkapan utama. Urut-urutannya adalah :


1. Kamera. Sebaiknya gunakan kamera 35 mm jenis SLR yang mempunyai fasilitas pengatur diafragma ataupun kecepatan rana - baik kamera dengan pengaturan cahaya manual maupun yang dengan prioritas kecepatan rana otomatis. Meski tidak tertutup kemungkinan pemotretan dilakukan dengan kamera format medium, tetapi kamera 35 mm lebih banyak dipakai karena kemudahan-kemudahannya.


2. Lensa. Sebaiknya gunakan lensa yang dapat mencakup sudut pandang yang luas, misalnya lensa sudut lebar 24 mm, mungkin juga yang bersudut 20 mm. Meskipun kadang-kadang lensa sudut lebar tak terlalu diperlukan, tetapi sebaiknya lensa tersebut selalu dibawa menyertai lensa jenis tele-zoom menengah seperti 70-210 mm.


3. Tripod. Tidak kalah pentingnya tripod atau kaki tiga kamera yang berperan sebagai penopang dalam mengatasi guncangan, karena memotret pada suasana seperti saat menjelang petang sering membutuhkan pencahayaan yang lama.


4. Cable Release. Kabel penghubung untuk menekan tombol pelepas kamera juga menjadi bagian yang tak bisa dianggap remeh dan sebaiknya selalu dibawa. Tujuannya agar dapat melepas rana secara lembut tanpa menimbulkan getaran atau goyangan pada hasil pemotretan.


5. Filter. Sebagai tambahan untuk memunculkan suasana yang 'kreatif' atau dramatis, juga perlu beberapa filter yang dapat mengubah tampilan suasana sehingga menjadi lebih baik dari suasana aslinya. Misalkan filter 85B yang berguna untuk membantu memunculkan atau menguatkan cahaya kemerahan sehingga menjadi lebih baik.


6. ISO. ISO rendah 100 atau mungkin ISO 200 baik untuk suatu foto yang ingin dicetak besar. Yang terpenting jangan menggunakan ISO lebih rendah dari 100 atau yang ISO lebih tinggi dari ISO 200. ISO yang lebih rendah akan merepotkan pada saat memotret karena dengan ISO yang terlalu rendah akan membutuhkan waktu pencahayaan yang sangat lama, sedang film ISO yang terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil gambar yang berbutir kasar dan reproduksi warna yang kurang cerah.



Waktu

Suasana senja Pk.17.30 hingga 18.30, adalah saat yang paling baik dan tepat untuk melakukan pemotretan. Konsekuensinya pada waktu yang demikian kita harus ekstra hati-hati dalam menentukan pilihan kecepatan rana, karena secara otomatis kita akan selalu menggunakan kecepatan yang amat rendah akibat penggunaan diafragma kecil (umumnya) untuk menghasilkan ruang tajam luas.


Pada saat memotret suasana senja, faktor yang harus diperhatikan adalah mengenai pencahayaan. Sebab pengukuran pencahayaan pada suasana senja memang cukup rumit meskipun tak serumit diwaktu malam. Masalahnya, kerumitan itu sering karena singkatnya waktu memotret, sehingga perlu perhitungan yang benar secara cepat.

Jika kita memotret menggunakan kamera 35 mm yang dilengkapi dengan pengukur cahaya pada kamera, melakukan pengukuran cahaya secara langsung akan membuat kita membaca kecerahan secara rata-rata. Seandainya kita telah ukur sesuai dengan pengukur cahaya maka akan dihasilkan foto yang kurang pencahayaan. Karena itu cara ini sering memberikan hasil yang tidak memuaskan dan mengecoh kita.


Untuk menjamin keberhasilan pengukuran cahaya dan hasil foto yang baik, sebaiknya perlu dilakukan bracketing, yaitu melakukan beberapa kali bidikan dengan melebihkan dan mengurangi cahaya yang terukur. Caranya dengan menyetel kombinasi diafragma dan kecepatan rana sesuai pengukur cahaya.

Misalnya bila cahaya terukur dengan lightmeter kamera menunjukkan kombinasi diafragma f:16 dan kecepatan rana ? detik.


Maka lakukan pemotretan dengan kombinasi pencahayaan tersebut, lalu lakukan pemotretan berulang dengan melebihkan satu stop dari cahaya terukur normal menjadi diafragma f:16 dan kecepatan tana ? detik. Selanjutnya sekali lagi lakukan pemotretan dengan mengurangkan satu stop dari cahaya terukur normal yaitu menggunakan diafragma f:16 dan kecepatan 1/8 detik. Kelak dengan alternatif tiga kali pemotretan atau bracketing tersebut, kita akan mendapatkan pilihan hasil pemotretan dengan pencahayaan yang akurat.



Trik

Banyak trik atau cara akal-akalan untuk menghasilkan foto senja dengan langit kemerahannya yang baik dan menarik. Salah satunya adalah menggunakan filter warna.


Penggunaan filter warna (oranye) untuk menampilkan suasana senja secara umum yang berwarna kemerahan memang menjadi suatu acuan yang tepat. Namun demikian jika kita tidak tepat menggunakannya hanya akan menjadi kurang baik.


Untuk suatu akal-akalan menghasilkan foto senja atau foto yang bernuasa senja sangat di era digital memang mudah dilakukan. Karena dengan kemera digital yang proses kelanjutannya menggunakan kamera sebagai pengolah atau kamar gelapnya, jika dikehendaki dapat membuat foto senja kemerahan dengan suatu suasana yang tidak merah atau difoto pada saat tidak senja juga dapat dengan mudah menggunakan Adobe Photoshop.


Namun demikian bagi pemotret dalam arti sesungguhnya, pasti tak akan cukup terpuaskan bila untuk mendapatkan suatu foto senja harus melakukan pemotretan dengan akal-akalan seperti dengan menggunakan olahan Adobe Photoshop. Karenanya itu akal-akalan yang dilakukan adalah sebatas melakukan tindakan braketing pada saat memotret.


Seberapa jauh seorang pemotret menginginkan suatu foto dalam suasanan senja, terpulang dari kebutuhan dan hasil apa yang hendak dicapai. Karena bila berbicara mengenai akal-akalan atau trik dijaman fotografi digital seperti sekarang ini untuk menghasilkan sebuah foto senja yang baik dan menarik sudah bukan persoalan.


Selebihnya terpulang pada pemotret, dengan cara apa menghasilkan foto-foto senja yang baik. Apakah dengan memotretnya menunggu saat betul-betul mataharai telah memerah atau merekayasa pemotretan dengan memberikan filter warna senja. Demikian beberapa hal atau cara yang dapat ditempuh untuk memotret suasana senja agar menghasilkan foto yang indah sesuai keindahan alam yang terpancar dan terlihat indah pula oleh mata.


Tidak ada komentar: