Pada pemotretan makro yang dilakukan dengan menggunakan kamera digital, persoalan pembesaran pada objek yang terlalu kecil sering tak menjadi masalah meski kamera digital tidak dilengkapi dengan lensa khusus pemotretan alam benda kecil atau lensa makro. Caranya adalah tetap melakukan pemotretan hingga jarak terdekat kamera di mana kamera masih mampu memfokus objeknya kemudian mencetaknya dengan cara mengkroping atau membesarkan objek yang tampak kecil sehingga tampil lebih besar.
Karena pemotretan makro adalah tekhnik pemotretan yang mendekatkan objek, maka merupakan suatu pemotretan yang sangat menarik dan mengasyikkan. Hal tersebut tak lain karena pemotret menjadi lebih dapat melihat detail pada objek yang teramat kecil.
Kebanyakan kamera digital yang beredar di pasaran mempunyai kemampuan memfokus pada jarak dekat - terutama pada kamera yang dilengkapi modus makro rata-rata sekitar 20 cm.
Sehingga pembidikan pada jarak yang sangat dekat mampu menghasilkan foto yang amat baik. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan melakukan pemotretan menggunakan kamera saku atau kamera kompak biasa (konvensional) menggunakan film yang umumnya tidak memiliki fasilitas makro.
Dengan kamera konvensional umumnya jarak terdekat dengan objek yang bisa dilakukan dalam pemotretan untuk menghasilkan gambar yang baik, tajam dan fokus adalah 100 - 150 cm.
Tetapi dengan menggunakan kamera digital, kamera kompak digital sekalipun, sudah bukan masalah lagi karena kamera jenis ini umumnya telah mampu untuk digunakan pada jarak dekat di bawah satu meter, bahkan untuk pemotretan makro jarak pemotretannya bisa mencapai di bawah 20 cm. Lalu hasilnya dari sisi pendekatan terhadap objeknya, mampu menyamai pemotretan makro yang dilakukan dengan menggunakan lensa khusus makro pada fotografi konvensional.
Untuk lebih lanjut mengetahui kemampuan kamera digital yang digunakan untuk melakukan pemotretan objek yang kecil-kecil (fotografi makro), maka dapat dilakukan dengan mencoba melakukan pemotretan terhadap segala sesuatu benda yang kecil, atau mungkin juga bagian terkecil dari suatu benda yang besar. Dengan cara itu maka dapat kita lihat seberapa jauh kemampuannya dalam menghasilkan reproduksi terhadap benda-benda yang kecil tersebut.
Perlengkapan
Banyak objek di sekeliling kita yang menarik perhatian dan dapat dijadikan sasaran pemotretan secara makro dengan perlengkapan untuk mengambil gambarnya yang sangat sederhana. Meskipun begitu, kita juga harus tetap menyiapkan perlengkapannya dengan baik.
Pertama, tentu kita harus menyiapkan kamera digitalnya, kemudian karena sasaran pemotretan atau objeknya hampir pasti adalah benda-benda yang kecil maka sebaiknya persiapkan juga kaki tiga (tripod) kamera. Tripod tersebut perlu agar pemotret yakin bahwa objek yang kecil dan diperbesar karena difoto secara makro tidak goyang.
Bila pemotretan dilakukan di luar ruangan atau di alam bebas, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diperhatikan ada atau tidaknya angin. Bila angin bertiup terlalu kencang maka objek seperti kupu-kupu di atas kembang/bunga akan terasa susah didapatkan gambarnya. Sebab terpaan angin akan menggerak-gerakkannya.
Karena itu untuk memotret hal seperti ini, kita perlu menunggu hingga angin reda. Bila masih terasa goyang maka sebaiknya pemotretan, dilakukan dengan menggunakan tripod dan gunakan juga fasilitas penangguh waktu (self-timer) sehingga sasaran yang dipotret benar-benar tidak goyang.
Untuk pemotretan makro kembang-kembang yang berada di luar, atau bulu burung merak yang demikian indah misalnya, maka dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat tambahan berupa penjepit atau semacamnya. Fungsi alat tersebut adalah untuk menahan goyangan.
Pencahayaan
Untuk berbagai pemotretan hampir selalu disarankan untuk tidak melakukan pemotretan menggunakan cahaya yang terlalu keras. Memang bisa saja ada perkecualian misalnya karena objeknya adalah kembang yang memang baiknya dipotret saat cahaya cerah berawan, atau pada pagi dan sore hari di mana sinar matahari tidak terlalu kuat.
Pemotretan di dalam ruangan tidak terlalu menjadi masalah karena tidak terlampau dipengaruhi kondisi cuaca. Jika cuaca mendung atau keadaan cahaya dalam ruangan itu kurang, maka pemotretan dapat dilakukan dengan menggunakan lampu kilat. Kebanyakan kamera digital sudah dilengkapi lampu kilat yang terpasang. Lampu kilat ini biasanya mampu berfungsi dengan baik, terutama jika objeknya masih berada dalam jangkauan lampu kilat tersebut.
Kelebihan
Memang ada kelebihan melakukan pemotretan makro menggunakan kamera digital. Terutama karena pada umumnya kamera digital selalu dilengkapi dengan LCD yaitu layar monitor seperti TV kecil untuk melihat objek pemotretan. Lewat monitor ini pemotret dapat melihat dan mengetahui ketajaman gambar sebelum membidiknya. Dibandingkan menggunakan kamera konvensional yang hanya mempunyai jendela bidik kecil, maka keberadaan LCD pada kamera digital sangat membantu.
Sisi kelebihan lain memotret menggunakan kamera digital pada pemotretan makro adalah karena dengan digital pemotret dapat mengulang pemotretannya beberapa kali. Pemotret dapat menghapus langsung gambar yang dianggapnya kurang baik. Proses jepret dan hapus inilah yang terasa amat sangat menguntungkan sehingga pemotret dapat memilih hasil jepretannya yang betul-betul dirasa baik sesuai pengamatan dan selera yang diinginkan tanpa risiko tambahan biaya.
Latar Belakang
Baik kamera kompak digital maupun kamera kompak konvensional memiliki kelemahan yang sama, yaitu persoalan depth of field yang amat luas dan tidak dapat diubah. Karena itu pada posisi normal, apa yang tampak dari latar depan (foreground) hingga latar belakang (background) akan terlihat tajam seluruhnya. Untuk itu saat melakukan pemotretan sudah harus langsung dapat memilih dan menentukan latar belakang dengan hati-hati, baik pemotretan itu dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.
Agar objek yang dipotret menjadi lebih menonjol maka dapat dipilih latar belakang yang agak polos atau sederhana. Latar belakang yang kompleks cenderung mengacaukan fokus objek yang dipotret. Karenaitu untuk menyiasati bila pemotretan terpaksa harus dilakukan di suatu tempat yang kondisi alam atau latar belakangnya tidak terlalu baik, dapat ditambahkan kain hitam atau background untuk menutupi latar belakang yang ruwet tersebut.
Untuk pemotretan di dalam ruangan, kita dapat membuat setting dengan mudah karena tidak tergantung pada alam. Pemotret dapat menggerakkan kamera maju dan mundur atau zooming, memilih kanan atau kiri sambil memperhatikan LCD, apakah hambar dan latar belakang sudah sesuai.
Meskipun bila kita melakukan pemotretan dari jarak yang amat dekat, sedikit gerakan atau goyang akan membuat gambar kabur, tetapi dengan memakai kamera digital persoalan dapat diatasi dan dikontrol dengan mudah karena sasaran pemotretan terlihat lewat LCD. Bila gambar yang diambil tampak goyang maka dapat segera dilakukan pemotretan ulang dengan menghapus dan menjepret kembali.
Dengan kamera konvensional pemotret memang dapat membuat latar belakang kabur bila latar belakang tersebut terasa mengganggu. Hal ini terutama dapat dilakukan dengan memakai lensa tele. Dengan kamera digital yang sebagian besar masih sangat terbatas kemampuan telenya bahkan ada yang sama sekali tak tersedia, maka untuk mengaburkan latar belakang yang menggangu dapat dilakukan dengan sedikit eksperimen.
Hal itu dilakukan dengan melakukan pemotretan dengan masking yang terbuat dari karton yang dilubangi bagian tengahnya. Dengan memposisikan sedemikian rupa objek pemotretan maka latar belakang kabur yang dikehendaki dapat tercipta.
Menggunakan kamera digital untuk memperbesar objek pemotretan dalam pemotretan alam atau benda-benda kecil memang diperlukan cara tersendiri agar hasilnya maksimal.
Melakukan pemotretan seadanya tanpa memperkirakan hasil pembesaran yang diinginkan memang dapat dilakukan, tetapi hasilnya sering kurang memuaskan terutama bila pemotret tidak mempertimbangkan masalah resolusi gambar. Pembesaran yang dilakukan pada gambar yang seperti itu mengakibatkan gambar pecah karena dpi (dot per inch) yang teramat sedikit dalam bingkai foto.
Karena itu, untuk menghasilkan foto makro yang baik meskipun pemotretannya tidak dilakukan dengan menggunakan lensa makro pada kamera digital, sebaiknya selalu mengatur setting kamera digital pada resolusi tinggi. Dengan begitu, jika gambar perlu dikroping untuk memperbesar objek, hasilnya tidak pecah (kasar) dan tetap baik.
Bagaimanapun, pembesaran optis yang dilakukan dengan mendekatkan objek akan jauh lebih baik dibandingkan dengan pembesaran digital dengan cara memper-besar gambar dan mengkropnya pada saat mencetak.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar